Hoax selalu ada

Tren penyebaran hoax terutama melalui dunia maya menurutnya tidak bakal surut dan bakal tetap ada karena efektif digunakan untuk menghantam berbagai kepentingan, termasuk kinerja pemerintahan. Hoax akan selalu ada mewarnai informasi apalagi bila di suatu negara seperti Indonesia sedang menghadapi kegiatan politik akbar atau pesta demokrasi nasional seperti Pilpres dan Pileg 2019.

Untuk menangkal hoax, menurutnya, perlu peran pers yakni dengan menyajikan pemberitaan yang benar, sesuai fakta dan berimbang. Media mainstream harus jelas dan tegas menjunjung profesionalisme pers. Pers harus independen, memihak kebenaran dan kepentingan rakyat, serta tidak takluk pada kepentingan pemodal.

“Meski jurnalisme mainstream masih ‘patuh’ kepada regulasi dunia pers, namun kekentalan keberpihakan tetap mudah terbaca,” katanya. Pada akhirnya muncullah euforia terhadap jurnalisme warga yang tanpa batas. Apalagi kemudahan dalam mengakses teknologi semakin meningkat. Maka, setiap orang berhak menentukan sikap terhadap bacaannya.

Namun dia menegaskan, kehadiran medsos sebagai manifestasi dari perkembangan teknologi internet tak bisa dielakkan. Setiap individu dapat dengan sangat mudah dan murah mengakses internet melalui ponsel atau smartphone. Belum lagi berbagai layanan dan aplikasi sehingga kehadiran medsos menjadi sangat menggiurkan dibanding media arus utama.

Namun dia optimis kuatnya dominasi medsos tak serta merta membuat publik meninggalkan media mainstream. Media arus utama bisa menjadi pembanding. “Dalam hal ini media mainstream menjadi bagian mengedukasi publik memilih informasi dari media yang kredibel,” ujarnya. (rel)