Cikal bakal

Dialog intens antara pers Sumut dengan awak media Ipoh, Perak, yang sudah terjalin konkrit dua tahun terakhir ini, dibuktikan dengan adanya saling berkunjung dan berdialog, baik media Ipoh ke Sumut dan dibalas oleh pers Sumut yang dikoordinir PWI Sumut ke Ipoh ini, menurut Prof Baharuddin, sudah cukup menjadi cikal bakal bagi terbentuknya semacam forum yang akan mengawal informasi berjalan normatif, sekaligus menghempang hoax.

Kekerabatan produktif dan profesional antara PWI Sumut dengan wadah media Ipoh katanya layaknya dikembangkan ke tingkat lebih luas yang tidak hanya mencakup kawasan regional, sehingga secara umum akan terbentuk wadah dialogis anti hoax antara pers nasional Indonesia dengan media Kerajaan Malaysia.

“Wadah ini lah yang akan menjadi garda depan dalam membentuk komunitas jurnalis anti ‘hoax’ antar bangsa minimal di tingkat Asean guna mencerdaskan masyarakat menyikapi setiap informasi, sehingga berita ‘hoax’ akan terpental dengan sendirinya. Dengan kompetensi profesional pers Asean dengan tetap mengedepankan azas cek dan ricek, maka masyarakat akan terbiasa pula cek dan ricek,” ujarnya.

“Saya kira media mainstream sekarang juga harus berkontribusi terus menerus dalam menangkal berita ‘hoax’,” kata Baharuddin yang juga Exco Member International Council of Islamic Finance Educators (ICIFE) Malaysia ini seraya mengharapkan pewarta selalu melakukan konfirmasi dan tabayun agar berita-berita yang ditulis menjadi berimbang serta bisa mengedukasi masyarakat, sekaligus menjadi lembaga kontrol

Menurutnya jika awak media sudah terbiasa “cover both side’ dan melakukan konfirmasi dalam menulis berita, maka media ‘mainstream’ bisa menjadi penangkal berita “hoax”. “Tapi parahnya ada (media massa) yang kemudian justru menjadi pembuat atau penyebar berita ‘hoax’, Ini yang harus dicegah,” ujarnya,

Oleh karena itu, katanya, jika terbentuk komunitas pers anti hoax antar bangsa ini juga menjadi penting dalam pendataan dan sertifikasi para pewarta antar bangsa agar masyarakat mendapatkan kenyamanan menerima fakta-fakta yang diberitakan. “Teman-teman jurnalis harus la berkompeten sehingga pertanyaan-pertanyaannya itu selalu diikuti dengan riset-riset atau pemahaman yang nanti tidak terpenggal agar tidak menjadi informasi yang keliru,” katanya.