Sulawesi Utara berkomitmen untuk siap ikut membesarkan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang baru terbentuk di Jakarta pada 23 Maret 2017 lalu. Demikian disampaikan beberapa owner media online di Sulut, diantaranya Midun Loho, Charles Mercys, Marchel Mekel, Wolter Rumapar, Herman Marentek, Inyo Rorimpandey, Deivie Rondonuwu dan beberapa lainnya.
Sementara itu, Sekretaris Jendral SMSI Pusat, Firdaus kepada cahayasiang.com menyampaikan bahwa dalam rangka penguatan organisasi, SMSI akan mengadakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pertama di Surabaya, Jawa Timur pada 26 dan 27 Juli 2017.
Sebelumnya, SMSI Jawa Timur sendiri sudah menyatakan kesiapan daerahnya menerima para peserta Rakernas SMSI. Persiapannya sudah 90 persen dan terus dikebut sampai benar-benar bisa menyambut peserta dari seluruh Indonesia. Surabaya dipilih menjadi tempatnya karena dinilai strategis dan sesuai arahan Dewan Penasihat SMSI, Dahlan Iskan.
“Setelah kami bertemu Pak Dahlan bersama Ketum SMSI Pusat, Teguh Santosa dan Sekjen Firdaus, Pak Dahlan memberikan lampu hijau Surabaya jadi tempat Rakernas pertama ini,” kata Eko Pamuji, Ketua SMSI Jatim, Sabtu sore 22 Juli 2017.
Dengan waktu yang relatif singkat, organisasi perusahaan media siber dengan tajuk SMSI ini ternyata telah terbentuk dihampir seluruh wilayah provinsi. Hangga berita ini dilansir, tak kurang dari 25 cabang se Indonesia telah terbentuk, dengan anggota yang rata-rata mencapai ratusan.
Acara Rakernas SMSI I ini akan dilaksanakan di Hotel Harris Gubeng Surabaya.
Disampaikan Eko Pamuji, seluruh persiapan telah dilakukan dengan maksimal, karena acara ini menghadirkan sejumlah tokoh penting.
“Disamping Dewan Pers dan PWI, kami juga mengundang sejumlah tokoh penting lainnya seperti Pak Dahlan Iskan, dan untuk pemerintahan kami juga mengundang jajaran Kementerian Komunikasi dan Informatika, Forpimda Provinsi, dan Forpimda Kota Surabaya,” katanya.
Untuk diketahui, media siber merupakan wujud berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang kini telah mengubah lanskap ruang publik di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Individu tidak lagi menjadi audiens yang pasif. Dengan akses luas ke dunia maya, setiap individu juga bisa menjadi produsen informasi.
Lanskap baru ini mempermudah pertukaran informasi, termasuk kabar bohong atau hoax. Indonesia yang memiliki 250 juta penduduk dan diperkirakan 135 juta di antaranya memiliki koneksi ke dunia siber, menghadapi dilema.
Di satu sisi informasi dapat disebarkan dengan cepat dan massif. Di sisi lain, teknologi komunikasi udan informasi juga dapat digunakan untuk menyebarkan kabar bohong, ujaran kebencian dan fitnah, pun dengan cepat dan massif.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) meyakini, cara terbaik memerangi kabar bohong, terutama yang disebarkan di dunia siber, adalah dengan meningkatkan profesionalitas perusahaan dan wartawan media siber.
Selain uji kompetensi wartawan (UKW), yang juga perlu dilakukan adalah membangun asosiasi perusahaan media massa berbasis internet untuk mendorong profesionalitas perusahaan media siber yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.